Saat Ujian Itu Datang
Ada pepatah bilang
“hidup bagaikan roda berputar”, sepertinya ungkapan itu memang nyata adanya.
Tuhan terkadang menguji hambanya pada posisi di atas, di tengah dan juga di bawah. Semua saya katakan dalam bentuk ujian, karena
pada dasarnya ujian bukan hanya terkait sesuatu yang menyedihkan saja. Namun,
sesuatu yang menimbulkan kebahagiapun juga termasuk ujian.
Sekitar 4 tahun yang
lalu Tuhan telah mengambil segala hal yang dititipkanNya pada kami, dan tak
tersisa sedikitpun kecuali apa yang kami pakai. Tumbangnya bisnis yang dibangun
suami membuat kami harus memulai semuanya dari 0. Dan terpaksa suami harus
berkelana mencari penghidupan yang mungkin bisa diupayakan untuk memulai
kehidupan yang baru. Sedangkan aku kembali ke orang tuaku.
Sebagai manusia biasa
tak jarang aku sebagai seorang istri yang dulu hanya duduk diam di rumah kini
menjadi sedikit bingung apa yang harus aku lakukan. Tidak ada pengalaman
bekerja, karena dulu menikah sebelum wisuda dan setelah menikah aku tidak
diperkenankan untuk bekerja. Terkadang perasaan ingin marah, minder dan tidak percaya diri selalu menghantui kehidupanku saat itu. Sampai aku keluar dari
semua group alumni kampus karena aku tak tahan mendengar dan melihat cerita
kesuksesan teman-temanku. Dan yang lebih membuatku nyesek ketika melihat teman
seperjuanganku yang memotivasiku untuk cepat lulus kini dia sudah melanglang
buana mengelilingi dunia karena dia sepertinya bekerja di bawah naungan PBB
bagian penanggulangan bencana.
Hampir satu tahun
pertama aku menjauh dari semua orang yang aku kenal. Kegiatanku hanya mengantar
anak sekolah dan menungguinya sampai pulang. Kebetulan juga si anak mempunyai karakter pemalu dan kurang percaya diri, sehingga proses adaptasi dengan dunia baru lumayan agak lama.
Butuh waktu berbulan-bulan untuk membuatnya berani bersanding dengan
teman-temannya sendiri tanpa ibunya. Setelah menunggu anak sekolah, tak banyak kegiatan
yang aku lakukan. Aku hanya membantu ibu menyelesaikan pekerjaan rumah dan
bengong meratapi nasib tanpa banyak kata yang aku keluarkan. Karena
sesungguhnya orang tuaku sendiri gak tahu apa yang sebenarnya aku alami. Aku
hanya diam karena aku gak ingin mereka terbebani pikirannya karena masalahku.
Walau pada akhirnya merekapun mengetahui juga, karena lambat laun aku tak tahan
menahan ini sendiri. Aku butuh support dan doa mereka. Sehingga aku membuat
cerita yang sedikit berbeda agar tidak terdengar ironis dan mereka yakin kalau
aku mampu melewati ini.
Setelah waktu setahun
berlalu dan anak sudah bisa di tinggal sendiri di sekolah, aku mulai berfikir
dan bertanya pada diriku sendiri “hidup terus berjalan, semua ini adalah
kehendak Tuhan. Apakah aku akan duduk diam seperti ini terus?? Terus apa yang
aku dapatkan dengan duduk diam di sini? Kenapa harus minder? Bukankah dengan
peristiwa seperti ini akan membuatku lebih dewasa dan mulia ketika aku berhasil melaluinya? Siapa yang mampu melawan takdirNya? Bukankah Tuhan selalu
punya rencana dibalik setiap kehendakNya? Ayo buktikan janji Tuhan dalam surat
AL-Ashr yang bunyinya inna ma’al ‘usri
yusro artinya “ sesungguhnya setiap kesulitan selalu di iringi dengan
kemudahan”. Ini adalah motivasi yang aku tumbuhkan sendiri setelah aku merenung
selama kurang lebih satu tahun ini.
Akhirnya siang itu aku
bismillah untuk memulai hidup dengan konsep dan karakter yang baru. Konsep bahwa
sebaik-baiknya orang adalah yang bermanfaat bagi sesama tak peduli sekecil
apapun tingkat kemanfaatannya. Karena dengan menumbuhkan konsep seperti itu, diri ini akan
tergugah untuk melakukan sesuatu agar menjadi orang yang lebih baik. Dengan terus menumbuhkan keyakinan kalau aku tidak boleh takut,
malu dan minder pada siapapun. Karena dunia dan seisinya adalah milik Allah dan
semua manusia sama, hanya taqwanya saja yang membedakannya.
Tuhan Mulai Menunjukkan Jalan
Aku teringat akan pesan
seorang guru, pintu rizki itu bisa diraih dengan dua jalan yaitu silaturrahim
dan bersedekah. Pada posisiku saat itu yang paling memungkinkan aku lakukan
adalah dengan bersilaturrahim. Karena kalau sedekah secara materi aku belum
mampu. Apalagi untuk diberikan pada orang, sekedar makanpun aku masih numpang
pada orang tua.
Akhirnya aku memutuskan
untuk menyambung silaturrahim dengan siapapun yang aku kenal dan aku rasa
bermanfaat. Mulai dari berkunjung ke teman-teman lama, ke rumah
saudara yang sekiranya dia bisa aku ajak sharing, membuat akun di medsos, ikut
seminar-seminar motivasi, gabung dikomunitas-komunitas positif dan sampai mencari-cari
pekerjaan. Aku punya keyakinan, jika kita bergabung di lingkungan orang-orang
yang mempunyai pemikiran positif, maka energy positifnya akan menular ke kita pula.
Dan itu yang sangat aku butuhkan untuk menguatkan mental dan
menumbuhkan semangatku kembali.
Alhamdulillah tak berselang lama, salah satu wali murid TK dimana anakku sekolah menawari aku
untuk mengajar di sebuah lembaga pendidikan di pondok dekat desaku. Beberapa hari kemudian teman-temanku dikomunitas bisnis memotivasiku untuk
mewujudkan membuat produk yang selama ini menjadi anganku namun tak pernah
terealisasi karena factor minder. Belum berhenti sampai disitu, hampir dalam waktu yang sama teman smp ku mengajak joint pada
sebuah BO (Bisnis Online) atau yang lebih tepatnya dengan sebutan investasi
bodong. Sebuah investasi yang tidak masuk akal karena profit perbulan mencapai
25 % dari investasi yang kita tanam. Walau tak masuk akal, namun aku tetap ikut
karena aku butuh dana dengan cepat.
Untuk pertama kali
investasi, aku dimodali oleh bapak. Dengan modal 4 juta, tiap bulan aku bisa
mendapatkan profit 1 juta. Sebuah angka yang besar menurutku saat itu, sehingga
aku berpikir sekaranglah saatnya langkah ke dua untuk membuka jalan rizki yaitu
dengan berbagi. Dengan penuh percaya diri aku datang ke sebuah panti dan bilang
akan menjadi donatur tetap. Tiap ke sana aku mengajak anak agar dia bisa
belajar bersyukur dan mengenal arti berbagi. Keluar dari panti rasanya puas dan
ada ketenangan tersendiri, sebagai manusia setidaknya bermanfaat dan bisa
berbagi walau hanya sedikit.
Alhamdulillah dalam
waktu yang hampir bersamaan suami mendapat hibah tempat tinggal dan kios yang
selama ini dia tempati. Jadi dia tidak perlu menyewa maupun beli. Walau pada
akhirnya ketika bisnis sudah mulai stabil, suami tetap memberi uang sebagai
tanda terimakasih. Walau suami sudah mendapat tempat kerja yang lumayan, namun
aku tidak mengandalkan kiriman darinya. Karena dengan pertimbangan masih banyak
kebutuhan pokok yang harus di penuhi jadi biarlah dia kumpul-kumpul untuk
menambah modal karena memang suami pergi merantau tanpa membawa modal
sepeserpun.
Namun kegiatan donasi
itu tak berlangsung lama, karena ternyata BO yang aku ikuti mengalami deficit dan
tidak mampu lagi mencairkan profit tiap bulannya. Sehingga secara otomatis aku
berhenti dan tidak menjadi donatur lagi. Hati ini rasanya campur aduk antara
sedih, kecewa dan tidak enak pada yayasan karena sudah sesumbar akan menjadi
donatur tetap. Tapi bagaimana lagi, semua sudah menjadi kehendakNya. Dan aku
tidak berani meminta suami untuk melanjutkan kegiatan donasiku ini. Karena memang kegiatan donasi ini aku niati dari hasil pribadiku sendiri tanpa bantuan dari suami. Dari
peristiwa ini banyak yang bisa aku ambil pelajaran dan hikmah, dan salah satunya adalah tidak
ada hasil yang berkah tanpa adanya usaha yang gigih dan diridloi Allah. Karena
bisnis semacam ini hanya akan merugikan pihak yang terakhir bergabung.
3 tahun dari peristiwa
itu telah berlalu, Alhamdulillah kini hasil mengumpulkan receh dalam perantauan
bisa diwujudkan menjadi sebuah gubug untuk kami berlindung. Walau belum
sempurna karena kita memang benar-benar berangkat dari nol tanpa bantuan modal
dari siapapun kecuali teman suami yang diperantauan tadi. Jadi, walau kondisi
rumah dengan fasilitas dan perabot rumah tangga yang masih sangat minim, kami
bertekad untuk tetap menempati. Karena sebagus-bagusnya rumah orang tua, tak
akan mengalahkan nyamannya tinggal di rumah sendiri.
Berbagi Mulai Menjadi Prioritas
Mengingat perjalananku
3 tahun ini yang penuh perjuangan dengan menguras emosi dan pikiran, sehingga
ketika prosesnya sudah sampai di sini, aku hanya bisa bersyukur Alhamdulillah… Kini
aku siap untuk mewujudkan anganku kembali untuk mengawali berbagi walau dalam
lingkup kecil dan jumlah yang kecil pula. Namun, aku yakin ini lebih berarti
dari pada aku tidak melakukannya sama sekali. Karena sesungguhnya Tuhan tidak
melihat dari sedikit banyaknya yang kita keluarkan, namun dari seberapa besar
keikhlasan kita.
Semenjak aku tinggal di
rumah sendiri, aku mulai menerapkan konsep berbagi dengan tetangga minimal 1
minggu sekali dan di hari jumat. Sehingga awal-awal aku tinggal di rumah
sendiri hampir tiap seminggu sekali bikin makanan yang bisa aku bagi dengan
tetangga. Mulai dari bubur mutiara, kacang hijau dan kadang bikin jajanan
seperti gorengan dll. Dan aku juga mulai membiasakan/mengajari anak berbagi
dengan menyuruhnya mengantar makanan ke tetangga dan juga ketika di toko ada
kotak amal, dia yang aku suruh memasukkan uang ke kotak tersebut.
Sungguh berbagi memberiku
pengalaman yang luar biasa dan tak terduga. Aku merasakan banyak sekali berkah padahal tak seberapa yang aku keluarkan. Dan manfaat tersebut aku rangkum dalam ilustrasi
infografis berikut:
1)
Mempererat tali silaturrahim
Menjalin
hubungan silaturrahim adalah perilaku yang sangat dianjurkan oleh agama. Karena
selain dapat mendatangkan rizki, silaturrahim juga dapat memperpanjang umur dan
mempererat persaudaraan. Aku mengawali silaturrahim ke tetangga baruku dengan
berbagi. Walau tak seberapa, namun respon mereka sungguh membuatku merasa
nyaman hidup dilingkungan sekarang. Tak jarang ketika melihatku di luar rumah
mereka selalu berusaha menyapa hanya untuk sekedar say hello dan lanjut
menyambung obrolan ringan. Sungguh sikap mereka membuatku merasa bahwa mereka
tidak Cuma sekedar tetangga namun saudara.
2)
Membuka pintu rizki
“Berbagi
adalah salah satu pintu yang dapat mendatangkan rizki” ungkapan ini sepertinya bukanlah
mitos belaka. Dan perlu kita fahami bahwa rizki bukanlah hanya terkait dengan
materi saja. Namun, keluarga yang sehat, suami yang bertanggung jawab, anak
yang berprestasi dan mudah diatur itupun juga dikatakan sebagai rizki dari
Allah. Alhamdulillah dalam hidup bertetangga saya merasa mereka seperti
saudara. Setiap punya sesuatu tak jarang mereka sering membaginya denganku, agar aku ikut
merasakan nikmatnya masakan mereka. Selain itu, aku juga merasa bersyukur
mempunyai anak yang sehat, cerdas, dan mudah diatur. Walau baru kelas 1 MI,
namun aku sering merasa malu dan belajar dari dia. Sering dia semangat ke
masjid karena lagi senang-senangnya melantunkan sholawat sebelum sholat dimulai
dan dilanjutkan dengan berjamaah. Namun aku di rumah sibuk sendiri dengan
kegiatanku. Sekali aku bilang “dek sholat”, segera dia ambil wudlu dan sholat.
Walau sering ketika sujud gak sampai tanah, karena dipikirannya segera melanjutkan bermain. Bahkan terkadang tanpa aku suruh, dia berangkat
sholat sendiri ketika dengar adzan.
3)
Munculnya kepuasan yang haqiqi
Jika
anda menjadi donatur tetap di sebuah yayasan/panti asuhan, maka anda adalah
orang yang beruntung. Karena jariyah anda akan terus mengalir dan kepuasan hati
yang haqiqi akan anda rasakan. Kepuasan yang tidak akan bisa anda peroleh hanya
dengan rekreasi, nonton film maupun membeli barang-barang mewah. Karena
perasaan ini suci dan hanya akan dirasakan oleh mereka yang tulus membantu sesama.
4) Menebar kasih sayang
Ketika anda berbagi sudah otomatis anda menumbuhkan rasa kasih sayang diantara sesama. Karena setiap orang yang anda beri akan merasa diperhatikan, dihargai dan disayang. Dan tidak mungkin mereka akan membalas kebaikan anda dengan kebencian. Karena apa yang kita tanam itulah yang kita tuai.
5) Mengajari berbagi pada orang lain
Ketika kita memberi sesuatu pada orang lain, sudah otomatis orang tersebut akan senang dan seakan punya balas budi. Dengan begitu orang yang tidak punya kebiasaan berbagi dengan sesama ketika dia telah merasa punya balas budi dia akan tergugah untuk kembali memberi. Selain itu sifat manusia yang punya jiwa kompetisi, ketika melihat temannya berbuat baik, maka dia tidak mau kalah dan akan mengikuti jejaknya. Karena dalam hatinya berbicara, bukan hanya dia yang bisa berbuat baik akupun juga bisa. Itupun juga yang sering aku alami. Gak cuma tetangga dekat, bahkan saudara jauhpun juga sering berkunjung hanya sekedar memberi oleh-oleh.
6) Membersihkan harta dari sesuatu yang
subhat
Mencari nafkah buat keluarga haruslah kita perhatikan betul - betul dari mana asal muasalnya. Karena keberkahan hidup hanya akan di dapat dari sumber rizki yang halal. Namun di zaman modern yang penuh dengan tantangan global ini, rasanya segala hal yang kita lakukan penuh dengan ketidak pastian hukum atau yang lebih akrab dengan istilah subhat. Dan sulit bagi kita untuk menghindari itu semua, karena memang roda perekonomian global terus berputar dan kita mau tidak mau harus menjadi bagian darinya. Maka dari itu sedekah sangat dianjurkan untuk membersihkan kita dari perkara-perkara subhat yang mungkin saja kita lakukan. Wallahua'lam
7)
Semakin banyak orang yang mendoakan
Tahukah kalian bagaimana respon orang ketika kita memberi sesuatu kepada mereka? Terlebih lagi orang yang kita beri dalam kondisi serba pas-pasan. Senang dan sangat bersyukur pastinya, kemudian dia akan dengan tulus mendoakan kita dengan sebaik-baik doa. Pengalaman itu pernah aku alami ketika aku berbagi ke sebuah panti asuhan. Setelah aku menyerahkan sedekahku yang amat sedikit, dan aku berpamitan mau pulang tiba-tiba mereka menghentikan niatku. Mereka bilang kepada ku "bu maaf tunggu sebentar, biarkan kami mendoakan anda dan silahkan anda ikut mengamininya". Ketika mendengar doanya yang sangat panjang, aku merasa malu sendiri. Dalam hatiku "ya Allah, sungguh tak seberapa yang aku berikan pada mereka. Namun mengapa mereka membalasku dengan balasan yang amat besar dan tak sepadan". Aku hanya bisa bersyukur dan bersyukur..
Inilah pengalamanku tentang berbagi, kalau kita punya niat dan tekad kuat sungguh sangat ringan untuk berbuat kebaikan. Namun, memulai lebih mudah dari pada membiasakan. Dengan segudang alasan mulai dari sibuk, lupa, tak punya waktu dan alasan lainnya membuat aku tak bisa istiqomah lagi berbagi secara langsung ke tetangga. Untuk mengatasi hal ini aku terkadang memilih transfer ke sebuah yayasan yang beriklan di medsos. Namun, terkadang aku merasa ragu. Apa benar dana yang dihimpun ini akan disalurkan sebagaimana mestinya??
Perkenalanku Pada Dompet Dhuafa
Alhamdulillah salah satu teman telah mengenalkanku pada
dompet dhuafa. Sebuah lembaga filantropi islam yang terpercaya dan telah berkhidmat pada masyarakat terutama kaum dhuafa melalui kegiatan humanitarian dan wirausaha sosial profetik.
Dompet dhuafa mempunyai 4 program khusus sebagai wadah menyalurkan dana yang dipercayakan oleh donatur antara lain bidang pendidikan, ekonomi, pengembangan sosial dan kesehatan. Sehingga selain memberi bantuan pada kaum papa dan ketika ada bencana, dompet dhuafa juga aktif mengadakan kegiatan yang bersifat edukasi dan ekonomi seperti seminar ke kampus-kampus, mengadakan penyuluhan dan pembinaan guna mendorong memajukan ukm.
Dompet Dhuafa juga tak ketinggalan berkontribusi ikut mendorong bakat millenial didunia blog, dengan mengadakan kompetisi blog seperti yang aku ikuti saat ini. Dan sebelumnya juga sudah pernah mengadakan kompetisi dengan tema zakat. Sebenarnya masih banyak lagi kegiatan positif yang dilakukan terutama bidang kesehatan dan pengembangan sosial, untuk lebih jelasnya anda bisa meng akses di laman
dompet dhuafa.
Aku bersyukur telah mengenal dompet dhuafa. Dengan dompet dhuafa berbagi menjadi lebih mudah, karena dompet dhuafa memberikan banyak pilihan layanan untuk menyalurkan donasi yaitu melalui:
- Transfer bank
- Counter
- Tanya jawab zakat
- Edukasi zakat
- Laporan donasi
Dengan bantuan mobile/Internet banking, ketika kita ingat belum bersedekah kita tak perlu keluar rumah atau kantor. Tinggal klik saja dari mamapun, dimanapun dan kapanpun sedekah kita akan sampai tujuan. Dan insyaallah akan lebih terasa ikhlasnya, karena ketika bersedekah anda tidak langsung tatap muka dengan orang yang kita beri. Jadi perasaan pamrih atau riya lebih kecil terjadi. Selain itu masih banyak lagi manfaatnya jika kita berbagi melalui lembaga filantropi seperti dompet dhuafa ini:
a) Berbagi menjadi lebih mudah
b) Tanpa harus malu berbagi dalam jumlah kecil
c) Lebih besar rasa ikhlasnya
d) Terpercaya dan tepat penyalurannya
e) Bergabung dengan komunitas positif
f) Menambah saudara dari berbagai kalangan dan daerah
Jadi mulai sekarang jangan malas berbagi, jangan takut berbagi karena berbagi itu mudah dan membawa berkah.
"Tulisan ini diikut sertakan dalam Lomba Blog Jangan Takut Berbagi yang diselenggarakan oleh dompet Dhuafa."
Ngawi, 20 April 2019
by : moshrefa_siti