Saturday 20 April 2019

BERKAH BERBAGI MEMBUKA JALANKU UNTUK BANGKIT KEMBALI


Saat Ujian Itu Datang

Ada pepatah bilang “hidup bagaikan roda berputar”, sepertinya ungkapan itu memang nyata adanya. Tuhan terkadang menguji hambanya pada posisi di atas, di tengah dan juga di bawah.  Semua saya katakan dalam bentuk ujian, karena pada dasarnya ujian bukan hanya terkait sesuatu yang menyedihkan saja. Namun, sesuatu yang menimbulkan kebahagiapun juga termasuk ujian. 

Sekitar 4 tahun yang lalu Tuhan telah mengambil segala hal yang dititipkanNya pada kami, dan tak tersisa sedikitpun kecuali apa yang kami pakai. Tumbangnya bisnis yang dibangun suami membuat kami harus memulai semuanya dari 0. Dan terpaksa suami harus berkelana mencari penghidupan yang mungkin bisa diupayakan untuk memulai kehidupan yang baru. Sedangkan aku kembali ke orang tuaku.

Sebagai manusia biasa tak jarang aku sebagai seorang istri yang dulu hanya duduk diam di rumah kini menjadi sedikit bingung apa yang harus aku lakukan. Tidak ada pengalaman bekerja, karena dulu menikah sebelum wisuda dan setelah menikah aku tidak diperkenankan untuk bekerja. Terkadang perasaan ingin marah, minder dan tidak percaya diri selalu menghantui kehidupanku saat itu. Sampai aku keluar dari semua group alumni kampus karena aku tak tahan mendengar dan melihat cerita kesuksesan teman-temanku. Dan yang lebih membuatku nyesek ketika melihat teman seperjuanganku yang memotivasiku untuk cepat lulus kini dia sudah melanglang buana mengelilingi dunia karena dia sepertinya bekerja di bawah naungan PBB bagian penanggulangan bencana.

Hampir satu tahun pertama aku menjauh dari semua orang yang aku kenal. Kegiatanku hanya mengantar anak sekolah dan menungguinya sampai pulang. Kebetulan juga  si anak mempunyai karakter pemalu dan kurang percaya diri, sehingga proses adaptasi dengan dunia baru lumayan agak lama. Butuh waktu berbulan-bulan untuk membuatnya berani bersanding dengan teman-temannya sendiri tanpa ibunya. Setelah menunggu anak sekolah, tak banyak kegiatan yang aku lakukan. Aku hanya membantu ibu menyelesaikan pekerjaan rumah dan bengong meratapi nasib tanpa banyak kata yang aku keluarkan. Karena sesungguhnya orang tuaku sendiri gak tahu apa yang sebenarnya aku alami. Aku hanya diam karena aku gak ingin mereka terbebani pikirannya karena masalahku. Walau pada akhirnya merekapun mengetahui juga, karena lambat laun aku tak tahan menahan ini sendiri. Aku butuh support dan doa mereka. Sehingga aku membuat cerita yang sedikit berbeda agar tidak terdengar ironis dan mereka yakin kalau aku mampu melewati ini.

Setelah waktu setahun berlalu dan anak sudah bisa di tinggal sendiri di sekolah, aku mulai berfikir dan bertanya pada diriku sendiri “hidup terus berjalan, semua ini adalah kehendak Tuhan. Apakah aku akan duduk diam seperti ini terus?? Terus apa yang aku dapatkan dengan duduk diam di sini? Kenapa harus minder? Bukankah dengan peristiwa seperti ini akan membuatku lebih dewasa dan mulia ketika aku berhasil melaluinya? Siapa yang mampu melawan takdirNya? Bukankah Tuhan selalu punya rencana dibalik setiap kehendakNya? Ayo buktikan janji Tuhan dalam surat AL-Ashr yang bunyinya inna ma’al ‘usri yusro artinya “ sesungguhnya setiap kesulitan selalu di iringi dengan kemudahan”. Ini adalah motivasi yang aku tumbuhkan sendiri setelah aku merenung selama kurang lebih satu tahun ini.

Akhirnya siang itu aku bismillah untuk memulai hidup dengan konsep dan karakter yang baru. Konsep bahwa sebaik-baiknya orang adalah yang bermanfaat bagi sesama tak peduli sekecil apapun tingkat kemanfaatannya. Karena dengan menumbuhkan konsep seperti itu, diri ini akan tergugah untuk melakukan sesuatu agar menjadi orang yang lebih baik. Dengan terus menumbuhkan keyakinan kalau aku tidak boleh takut, malu dan minder pada siapapun. Karena dunia dan seisinya adalah milik Allah dan semua manusia sama, hanya taqwanya saja yang membedakannya.

Tuhan Mulai Menunjukkan Jalan 

Aku teringat akan pesan seorang guru, pintu rizki itu bisa diraih dengan dua jalan yaitu silaturrahim dan bersedekah. Pada posisiku saat itu yang paling memungkinkan aku lakukan adalah dengan bersilaturrahim. Karena kalau sedekah secara materi aku belum mampu. Apalagi untuk diberikan pada orang, sekedar makanpun aku masih numpang pada orang tua.

Akhirnya aku memutuskan untuk menyambung silaturrahim dengan siapapun yang aku kenal dan aku rasa bermanfaat. Mulai dari berkunjung ke teman-teman lama, ke rumah saudara yang sekiranya dia bisa aku ajak sharing, membuat akun di medsos, ikut seminar-seminar motivasi, gabung dikomunitas-komunitas positif dan sampai mencari-cari pekerjaan. Aku punya keyakinan, jika kita bergabung di lingkungan orang-orang yang mempunyai pemikiran positif, maka energy positifnya akan menular ke kita pula. Dan itu yang sangat aku butuhkan untuk menguatkan mental dan menumbuhkan semangatku kembali. 

Alhamdulillah tak berselang lama, salah satu wali murid TK dimana anakku sekolah menawari aku untuk mengajar di sebuah lembaga pendidikan di pondok dekat desaku. Beberapa hari kemudian teman-temanku dikomunitas bisnis memotivasiku untuk mewujudkan membuat produk yang selama ini menjadi anganku namun tak pernah terealisasi karena factor minder. Belum berhenti sampai disitu, hampir dalam waktu yang sama teman smp ku mengajak joint pada sebuah BO (Bisnis Online) atau yang lebih tepatnya dengan sebutan investasi bodong. Sebuah investasi yang tidak masuk akal karena profit perbulan mencapai 25 % dari investasi yang kita tanam. Walau tak masuk akal, namun aku tetap ikut karena aku butuh dana dengan cepat.

Untuk pertama kali investasi, aku dimodali oleh bapak. Dengan modal 4 juta, tiap bulan aku bisa mendapatkan profit 1 juta. Sebuah angka yang besar menurutku saat itu, sehingga aku berpikir sekaranglah saatnya langkah ke dua untuk membuka jalan rizki yaitu dengan berbagi. Dengan penuh percaya diri aku datang ke sebuah panti dan bilang akan menjadi donatur tetap. Tiap ke sana aku mengajak anak agar dia bisa belajar bersyukur dan mengenal arti berbagi. Keluar dari panti rasanya puas dan ada ketenangan tersendiri, sebagai manusia setidaknya bermanfaat dan bisa berbagi walau hanya sedikit.

Alhamdulillah dalam waktu yang hampir bersamaan suami mendapat hibah tempat tinggal dan kios yang selama ini dia tempati. Jadi dia tidak perlu menyewa maupun beli. Walau pada akhirnya ketika bisnis sudah mulai stabil, suami tetap memberi uang sebagai tanda terimakasih. Walau suami sudah mendapat tempat kerja yang lumayan, namun aku tidak mengandalkan kiriman darinya. Karena dengan pertimbangan masih banyak kebutuhan pokok yang harus di penuhi jadi biarlah dia kumpul-kumpul untuk menambah modal karena memang suami pergi merantau tanpa membawa modal sepeserpun.

Namun kegiatan donasi itu tak berlangsung lama, karena ternyata BO yang aku ikuti mengalami deficit dan tidak mampu lagi mencairkan profit tiap bulannya. Sehingga secara otomatis aku berhenti dan tidak menjadi donatur lagi. Hati ini rasanya campur aduk antara sedih, kecewa dan tidak enak pada yayasan karena sudah sesumbar akan menjadi donatur tetap. Tapi bagaimana lagi, semua sudah menjadi kehendakNya. Dan aku tidak berani meminta suami untuk melanjutkan kegiatan donasiku ini. Karena memang kegiatan donasi ini aku niati dari hasil pribadiku sendiri tanpa bantuan dari suami. Dari peristiwa ini banyak yang bisa aku ambil pelajaran dan hikmah, dan salah satunya adalah tidak ada hasil yang berkah tanpa adanya usaha yang gigih dan diridloi Allah. Karena bisnis semacam ini hanya akan merugikan pihak yang terakhir bergabung.

3 tahun dari peristiwa itu telah berlalu, Alhamdulillah kini hasil mengumpulkan receh dalam perantauan bisa diwujudkan menjadi sebuah gubug untuk kami berlindung. Walau belum sempurna karena kita memang benar-benar berangkat dari nol tanpa bantuan modal dari siapapun kecuali teman suami yang diperantauan tadi. Jadi, walau kondisi rumah dengan fasilitas dan perabot rumah tangga yang masih sangat minim, kami bertekad untuk tetap menempati. Karena sebagus-bagusnya rumah orang tua, tak akan mengalahkan nyamannya tinggal di rumah sendiri.

Berbagi Mulai Menjadi Prioritas

Mengingat perjalananku 3 tahun ini yang penuh perjuangan dengan menguras emosi dan pikiran, sehingga ketika prosesnya sudah sampai di sini, aku hanya bisa bersyukur Alhamdulillah… Kini aku siap untuk mewujudkan anganku kembali untuk mengawali berbagi walau dalam lingkup kecil dan jumlah yang kecil pula. Namun, aku yakin ini lebih berarti dari pada aku tidak melakukannya sama sekali. Karena sesungguhnya Tuhan tidak melihat dari sedikit banyaknya yang kita keluarkan, namun dari seberapa besar keikhlasan kita.

Semenjak aku tinggal di rumah sendiri, aku mulai menerapkan konsep berbagi dengan tetangga minimal 1 minggu sekali dan di hari jumat. Sehingga awal-awal aku tinggal di rumah sendiri hampir tiap seminggu sekali bikin makanan yang bisa aku bagi dengan tetangga. Mulai dari bubur mutiara, kacang hijau dan kadang bikin jajanan seperti gorengan dll. Dan aku juga mulai membiasakan/mengajari anak berbagi dengan menyuruhnya mengantar makanan ke tetangga dan juga ketika di toko ada kotak amal, dia yang aku suruh memasukkan uang ke kotak tersebut.

Sungguh berbagi memberiku pengalaman yang luar biasa dan tak terduga. Aku merasakan banyak sekali berkah padahal tak seberapa yang aku keluarkan. Dan manfaat tersebut aku rangkum dalam ilustrasi infografis berikut:


1)   Mempererat tali silaturrahim

Menjalin hubungan silaturrahim adalah perilaku yang sangat dianjurkan oleh agama. Karena selain dapat mendatangkan rizki, silaturrahim juga dapat memperpanjang umur dan mempererat persaudaraan. Aku mengawali silaturrahim ke tetangga baruku dengan berbagi. Walau tak seberapa, namun respon mereka sungguh membuatku merasa nyaman hidup dilingkungan sekarang. Tak jarang ketika melihatku di luar rumah mereka selalu berusaha menyapa hanya untuk sekedar say hello dan lanjut menyambung obrolan ringan. Sungguh sikap mereka membuatku merasa bahwa mereka tidak Cuma sekedar tetangga namun saudara.

2)   Membuka pintu rizki

“Berbagi adalah salah satu pintu yang dapat mendatangkan rizki” ungkapan ini sepertinya bukanlah mitos belaka. Dan perlu kita fahami bahwa rizki bukanlah hanya terkait dengan materi saja. Namun, keluarga yang sehat, suami yang bertanggung jawab, anak yang berprestasi dan mudah diatur itupun juga dikatakan sebagai rizki dari Allah. Alhamdulillah dalam hidup bertetangga saya merasa mereka seperti saudara. Setiap punya sesuatu tak jarang mereka sering membaginya denganku, agar aku ikut merasakan nikmatnya masakan mereka. Selain itu, aku juga merasa bersyukur mempunyai anak yang sehat, cerdas, dan mudah diatur. Walau baru kelas 1 MI, namun aku sering merasa malu dan belajar dari dia. Sering dia semangat ke masjid karena lagi senang-senangnya melantunkan sholawat sebelum sholat dimulai dan dilanjutkan dengan berjamaah. Namun aku di rumah sibuk sendiri dengan kegiatanku. Sekali aku bilang “dek sholat”, segera dia ambil wudlu dan sholat. Walau sering ketika sujud gak sampai tanah, karena dipikirannya segera melanjutkan bermain. Bahkan terkadang tanpa aku suruh, dia berangkat sholat sendiri ketika dengar adzan.

3)   Munculnya kepuasan yang haqiqi

Jika anda menjadi donatur tetap di sebuah yayasan/panti asuhan, maka anda adalah orang yang beruntung. Karena jariyah anda akan terus mengalir dan kepuasan hati yang haqiqi akan anda rasakan. Kepuasan yang tidak akan bisa anda peroleh hanya dengan rekreasi, nonton film maupun membeli barang-barang mewah. Karena perasaan ini suci dan hanya akan dirasakan oleh mereka yang tulus membantu sesama. 

4)  Menebar kasih sayang

Ketika anda berbagi sudah otomatis anda menumbuhkan rasa kasih sayang diantara sesama. Karena  setiap orang yang anda beri akan merasa diperhatikan, dihargai dan disayang. Dan tidak mungkin mereka akan membalas kebaikan anda dengan kebencian. Karena apa yang kita tanam itulah yang kita tuai.
  
5) Mengajari berbagi pada orang lain


   Ketika kita memberi sesuatu pada orang lain, sudah otomatis orang tersebut akan senang dan seakan punya balas budi. Dengan begitu orang yang tidak punya kebiasaan berbagi dengan sesama ketika dia telah merasa punya balas budi dia akan tergugah untuk kembali memberi. Selain itu sifat manusia yang punya jiwa kompetisi, ketika melihat temannya berbuat baik, maka dia tidak mau kalah dan akan mengikuti jejaknya. Karena dalam hatinya berbicara, bukan hanya dia yang bisa berbuat baik akupun juga bisa. Itupun juga yang sering aku alami. Gak cuma tetangga dekat, bahkan saudara jauhpun juga sering berkunjung hanya sekedar memberi oleh-oleh.

6) Membersihkan harta dari sesuatu yang subhat

   Mencari nafkah buat keluarga haruslah kita perhatikan betul - betul dari mana asal muasalnya. Karena keberkahan hidup hanya akan di dapat dari sumber rizki yang halal. Namun di zaman modern yang penuh dengan tantangan global ini, rasanya segala hal yang kita lakukan penuh dengan ketidak pastian hukum atau yang lebih akrab dengan istilah subhat. Dan sulit bagi kita untuk menghindari itu semua, karena memang roda perekonomian global terus berputar dan kita mau tidak mau harus menjadi bagian darinya. Maka dari itu sedekah sangat dianjurkan untuk membersihkan kita dari perkara-perkara subhat yang mungkin saja kita lakukan. Wallahua'lam

7)   Semakin banyak orang yang mendoakan

    Tahukah kalian bagaimana respon orang ketika kita memberi sesuatu kepada mereka? Terlebih lagi orang yang kita beri dalam kondisi serba pas-pasan. Senang dan sangat bersyukur pastinya, kemudian dia akan dengan tulus mendoakan kita dengan sebaik-baik doa. Pengalaman itu pernah aku alami ketika aku berbagi ke sebuah panti asuhan. Setelah aku menyerahkan sedekahku yang amat sedikit, dan aku berpamitan mau pulang tiba-tiba mereka menghentikan niatku. Mereka bilang kepada ku "bu maaf tunggu sebentar, biarkan kami mendoakan anda dan silahkan anda ikut mengamininya". Ketika mendengar doanya yang sangat panjang, aku merasa malu sendiri. Dalam hatiku "ya Allah, sungguh tak seberapa yang aku berikan pada mereka. Namun mengapa mereka membalasku dengan balasan yang amat besar dan tak sepadan". Aku hanya bisa bersyukur dan bersyukur.. 

    Inilah pengalamanku tentang berbagi, kalau kita punya niat dan tekad kuat sungguh sangat ringan untuk berbuat kebaikan. Namun, memulai lebih mudah dari pada membiasakan. Dengan segudang alasan mulai dari sibuk, lupa, tak punya waktu dan alasan lainnya membuat aku tak bisa istiqomah lagi berbagi secara langsung ke tetangga. Untuk mengatasi hal ini aku terkadang memilih transfer ke sebuah yayasan yang beriklan di medsos. Namun, terkadang aku merasa ragu. Apa benar dana yang dihimpun ini akan disalurkan sebagaimana mestinya?? 

    Perkenalanku Pada Dompet Dhuafa

  Alhamdulillah salah satu teman telah mengenalkanku pada dompet dhuafa. Sebuah lembaga filantropi islam yang terpercaya dan telah berkhidmat pada masyarakat terutama kaum dhuafa melalui kegiatan humanitarian dan wirausaha sosial profetik.





   Dompet dhuafa mempunyai 4 program khusus sebagai wadah menyalurkan dana yang dipercayakan oleh donatur antara lain bidang pendidikan, ekonomi, pengembangan sosial dan kesehatan. Sehingga selain memberi bantuan pada kaum papa dan ketika ada bencana, dompet dhuafa juga aktif mengadakan kegiatan yang bersifat edukasi dan ekonomi seperti seminar ke kampus-kampus, mengadakan penyuluhan dan pembinaan guna mendorong memajukan ukm.

   Dompet Dhuafa juga tak ketinggalan berkontribusi ikut mendorong bakat millenial didunia blog, dengan mengadakan kompetisi blog seperti yang aku ikuti saat ini. Dan sebelumnya juga sudah pernah mengadakan kompetisi dengan tema zakat. Sebenarnya masih banyak lagi kegiatan positif yang dilakukan terutama bidang kesehatan dan pengembangan sosial, untuk lebih jelasnya anda bisa meng akses di laman dompet dhuafa.




 Aku bersyukur telah mengenal dompet dhuafa. Dengan dompet dhuafa berbagi menjadi lebih mudah, karena dompet dhuafa memberikan banyak pilihan layanan untuk menyalurkan donasi yaitu melalui: 

   - Kanal donasi online
    - Transfer bank
    - Counter
    - Tanya jawab zakat
    - Edukasi zakat
    - Laporan donasi

    Dengan bantuan mobile/Internet banking, ketika kita ingat belum bersedekah kita tak perlu keluar rumah atau kantor. Tinggal klik saja dari mamapun, dimanapun dan kapanpun sedekah kita akan sampai tujuan. Dan insyaallah akan lebih terasa ikhlasnya, karena ketika bersedekah anda tidak langsung tatap muka dengan orang yang kita beri. Jadi perasaan pamrih atau riya lebih kecil terjadi. Selain itu masih banyak lagi manfaatnya jika kita berbagi melalui lembaga filantropi seperti dompet dhuafa ini:

   a) Berbagi menjadi lebih mudah
   b) Tanpa harus malu berbagi dalam jumlah kecil
   c) Lebih besar rasa ikhlasnya
   d) Terpercaya dan tepat penyalurannya
   e) Bergabung dengan komunitas positif
 f) Menambah saudara dari berbagai kalangan dan daerah

  Jadi mulai sekarang jangan malas berbagi, jangan takut berbagi karena berbagi itu mudah dan membawa berkah.

 "Tulisan ini diikut sertakan dalam Lomba Blog Jangan Takut Berbagi yang diselenggarakan oleh dompet Dhuafa."

    Ngawi, 20 April 2019
    by : moshrefa_siti

3 comments:

Maitra Tara said...

Bismillah ... Mudah2an tulisan ini membawa berkah. Aamiin

Moshrefa_siti said...

Aamiin... Terima kasih say atas kunjungannya..

pluffymotivasi said...
This comment has been removed by the author.

Belajar dan belajar

KERJA CERDAS BUKAN KERJA KERAS

  Sumber : Tribunnews.com Sejak dulu orangtua kita selalu menasehati anak-anaknya untuk bekerja keras agar hidup kita sukses. Namun, anggapa...